Awas, Toko Online
Gadungan di Facebook!!
Kompas - Sabtu, 5 Februari
Kompas - Sabtu, 5 Februari
KOMPAS.com - Sejak makin populer digunakan
sebagai layanan jejaring sosial, Facebook mulai dimanfaatkan pelaku bisnis
untuk menawarkan barangnya secara online. Namun, belakangan ternyata banyak
yang mencoba menyalahgunakan untuk melakukan penipuan.
Aksi yang mereka lakukan umumnya dengan
membuat daftar barang dengan harga sangat miring. Harga yang ditawarkan pun
bisa di bawah setengah harga normal barang resmi dengan foto-foto pendukung
yang meyakinkan.
Namun, jika diteliti lebih lanjur ada yang
mencoba menjual barang palsu. Misalnya, ada yang menawarkan tablet BlackBerry
BlackPad. Padahal tak ada produk BlackBerry BlackPad. Nama tersebut hanyalah
rumor sebelum RIM memberi nama tablet BlackBerry PlayBook. Itu pun baru baru
tersedia beberapa bulan lagi.
Pelaku juga membuat disclaimer yang meyakinkan
tidak ada tindak penipuan dalam transaksinya sehingga seolah-olah bukan toko
online gadungan. Mereka juga menyediakan nomor telepon yang dapat dihubungi
secara langsung kapan saja. Bahasanya pun hangat dan lihai melakukan penjebakan
dengan cara apapun. Juga info meyakinkan bahwa pembeli bisa mengecek barangnya
lewat layanan pengiriman barang seperti Tiki JNE.
Nama-nama yang dipakai macam-macam dari nama
orang maupun nama toko. Alamat lengkap juga disertakan. Beberapa pelaku
biasanya langsung menghapus atau mengganti nama akun Facebook-nya begitu
tercium banyak orang telah melakukan tindak penipuan.
Namun, semua iming-iming tersebut hanyalah
jebakan. Beberapa pengguna Facebook pernah menjadi korbannya. Misalnya,
penipuan yang dialami Aprilia Paramitasari, seorang kompasianer, anggota
jejaring blog Kompasiana. Dalam tulisannya beberapa waktu lalu, ia menceritakan
pedihnya tertipu hanya karena iming-iming harga miring.
"Beberapa hari yang lalu, saya melihat
iklan di Facebook dengan nama akun facebook Aulia Celluler Shop. Sebuah laptop
merek Sony Vaio VPCEB16FG 14 inch baru dijual Rp. 3.750.000. Harga yang sangat
murah untuk laptop merek tersebut," cerita dia.
Ia mengaku tidak berniat membelinya karena
telah memiliki laptop. Namun, informasi tersebut direkomendasikannya kepada
kakaknya yang kebtulan tengah butuh laptop. Alamat itu pun kemudian dikirimkan
kepada sang kakak sebagai referensi.
"Melihat murahnya harga laptop tersebut,
kakak saya tertarik untuk membelinya. Bakan tidak hanya kakak saya, tapi juga
seorang temannya juga, serta pacar saya," lanjutnya.
Mendapat sambutan positif, ia pun menelepon
pemilik toko online tersebut seperti tertulis di halaman akunnya. Ia mengaku
penerima telepon menyambut ramah dan memintanya mengirim pemesanan dengan
format SMS yang diminta. Setelah terkirim ada SMS jawaban untuk mentransfer
harga yang diminta.
Ia mengakui kakaknya sempat curiga dengan toko
onlien tersebut. Namun, ia mencoba meyakinkan bahwa untuk bertransaksi di toko
online memang biasanya seperti itu. Bahkan, untuk meyakinkan sekali lagi, ia
menelepon pemilik toko.
"Untuk meyakinkan kakak saya, saya
menghubungi si penjual online dan meminta alamat toko mereka dan meminta nomor
lain yang bisa dihubungi jika terjadi masalah dengan barang yang saya
beli," ujarnya.
Jebakan di ATM
Setelah uang ditransfer, pemilik toko tak juga
memberikan nomor resi pengiriman barang. Ia pun kembali menghubungi dan menagih
nomor tersebut. Tapi, bukannya diberikan nomor resi, ia disuruh ke ATM.
"Dia mengatakan saya bisa mendapatkan no
resi pengiriman barang jika saya pergi ke ATM, karena dia bilang dia melakukan
transaksinya via internet banking dan dia akan memberi tahukan kepada saya
bagaimana cara mendapatkan no resi tersebut jika saya telah ada di ATM,"
jelas dia.
Kontan ia menolak repot-repot karena setahu
dia nomor resi tercantum di blanko pengiriman. Pemilik toko pun akhirnya
bersedia memindai blanko pengiriman dan akan di-upload ke akun Facebook serta
menge-tag dia.
"Tak berapa lama, saya diberitahu bahwa
bukti resinya telah di upload dan di tag kan kepada saya, sambil si penjual
meminta maaf karena dalam paket barang saya terdapat paket barang orang lain
berupa sebuah Apple iPad. Saya bilang itu bukan kesalahan saya, dan kalau
memang benar barang tersebut 'nyangkut' di paket saya, saya akan segera
mengirimkannya kembali kepada mereka jika barang tersebut sudah di tangan saya.
Si penjual pun setuju," lanjut dia.
Saat nomor resi dicek ke situs web penyedia
jasa pengiriman dimaksud, ternyata tidak ada. Ketika ditanyakan, sang penjual
pun tak merasa bersalah malah menyalahkannya karena tidak mau ke ATM sehingga
barang tidak bisa terkirim. Ia pun masih mencoba berharap barang terkirim meski
belum sampai.
Namun, ditunggu berhari-hari, barang yang
dibeli tak juga datang. Ia pun mulai khawatir dan menelepon lagi nomor pemilik
toko. Namun, sampai sekarang tak pernah lagi diangkat. Merasa jadi korban
penipuan, ia berniat melaporkan tindakan tersebut ke polisi.
"Saya sudah berusaha menghubungi pihak
penjual yang anehnya masih bisa, karena nomor handphonenya masih terus aktif,
tetapi tidak mendapatkan tanggapan sama sekali. Saya sudah pasrah dan berusaha
menguatkan hati untuk menerima yang telah terjadi serta menyiapkan diri untuk
mengganti setiap kerugian yang timbul akibat kecerobohan saya," ujarnya.Ia berharap apa yang dialaminya tersebut bisa
menjadi pelajaran bagi pengguna Facebook lainnya. Modus yang sama bukan satu
dua orang saja yang melakukannya, namun kini banjir di Facebook. Tentu tak
semua toko onlien di Facebook fiktif. Pintar-pintarlah memilih toko online yang
dipercaya. Andai tak mau membeli kucing dalam karung, membeli langsung secara
offline saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar